Dewi Shinta

Dewi Shinta adalah salah satu tokoh protagonis dalam dunia pewayangan. Shinta merupakan putri angkat dari Prabu Janaka, raja dari negara Mantili / Manthili / Mitila / Mithila, ibukota Wideha. Dewi Sinta diyakini sebagai titisan Bathari Sri Widowati, istri Bathara Wisnu, karena kecantikannya. Selain cantik, merupakan wanita yang sangat setia, jatmika (selalu dengan sopan santun) dan suci trilaksita (ucapan, pikiran dan hati)nya. Menurut pandangan Hindu, Shinta merupakan reinkarnasi dari Laksmi, dewi keberuntungan, istri Dewa Wisnu.

Nama lain yang dimiliki Dewi Shinta antara lain:
  1. Sita. Dalam bahasa Sansekerta kata Sita memiliki makna “kerut”, “kerut” merupakan istilah puitis pada zaman India Kuno, yang menggambarkan aroma kesuburan.
  2. Janaki, puteri angkat raja Janaka.
  3. Manthili, yang berarti puteri Mithila.
  4. Ramaa, istri dari Rama.
  5. Waidehi, karena ia dibesarkan dari kerajaan Wideha.
  6. Dalam pewayangan Jawa bergelar Rakyan Wara Shinta dan disebutkan sebagai putri Dasamuka / Rahwana.
Dewi Shinta sebenarnya dilahirkan oleh istri Dasamuka / Rahwana, raja Alengka, yang bernama Dewi Tari. Dewi Shinta adalah titisan Dewi Widowati. Ditandai dengan wajahnya cantik dan memancarkan aura sinar pada tubuhnya. Karena dipercaya bahwa barang siapa memperistri Dewi Widowati atau titisannya akan mendapat kemuliaan lahir dan batin, sudah dipastikan bahwa Dasamuka akan sangat mengincarnya. Gunawan Wibisana adik Dasamuka yang rupawan sangat cemas bahwa nantinya setelah dewasa, kakaknya akan memperistri anaknya sendiri. Gunawan Wibisana, atas ijin dari Dewi Tari, membuang bayi tersebut dan menggantinya dengan bayi laki-laki dari sebuah gumpalan mega di langit yang akhirnya diberinama Indrajit / Megananda. Gunawan Wibisana menaruh bayi perembuan tersebut di dalam sebuah kendaga yang indah dan menghayutkannya ke sungai.

Kendaga yang berisi bayi perempuan yang dibuang tersebut terbawa arus sungai dan masuk di persawahan bumi Manthili dan ditemukan Prabu Janaka raja Manthili, sedang memimpin upacara ritual para petani yang diselenggarakan pada setiap awal musim tanam. Bayi tersebut kemudian dibawa ke Kraton dan diangkat oleh Prabu Janaka dan diberi nama Shinta. Shinta berasal dari salah satu jenis ketupat yang artinya mata bajak. Karena pada saat ditemukan, secara tak sengaja mata bajak yang digunakan Prabu Janaka terantuk kendaga yang berisi Dewi Shinta yang masih bayi. Dewi Shinta mempunyai saudara angkat yang merupakan anak kandung dari Prabu Janaka dan Dewi Sumerta.

Setelah dewasa, Dewi Shinta diperistri oleh Sri Rama, pangeran Ayodhya. Sri Rama mendapatkan Dewi Shinta setelah memanangkan sebuah sayembara yang diadakan oleh Prabu Janaka. Dalam sayembara tersebut Sri Rama berhasil mengangkat dan membentangkan busur pusaka anugerah Dewa Shiwa yang sangat beratnya. Setelah menikah, Dewi Shinta dibawa ke Ayodhya oleh Sri Rama.

Kesetiaan Dewi Shinta dibuktikan ketika Sri Rama diasingkan di hutan Dandaka, Dewi Shinta ikut menemaninya bersama Laksamana, adik sebapak Sri Rama. Hingga suatu saat keberadaan Dewi Shinta diketahui oleh Sarpakenaka, adik Dasamuka pada saat Sarpakenaka dikalahkan Laksamana dalam perang tanding dan kehilangan hidung. Sarpakenaka melapor kepada Dasamuka dan memberitahukan kepada Dasamuka bahwa ada wanita cantik di tengah hutan, yang tak lain adalah Dewi Shinta.

Dasamuka yang bernafsu menculik wanita tersebut yang tak lain adalah Dewi Shinta, anak kandungnya sendiri, memerintahkan Marica yang kemudian menjelma menjadi seekor kijang berbulu emas. Dewi Shinta yang tertarik dengan kijang emas tersebut kemudian meminta Sri Rama untuk mengejar kijang tersebut. Sri Rama berhasil memanah kijang tersebut. Pada saat kijang tersebut sekarat, Marica kembali ke wujud aslinya dan mengerang keras menyerupai suara Sri Rama. Dewi Shinta mendengar, kemudian memaksa Laksamana untuk menolong Sri Rama. Laksamana yang seharusnya menjaga Dewi Shinta awalnya menolak karena sudah tahu tipu daya para raksasa. Dewi Shinta marah dan menuduh Laksamana berkhianat, akan menikahi Dewi Shinta sepeninggal Sri Rama.

Laksamana yang tersinggung atas tuduhan Dewi Shinta kemudian memotong anu-nya dan berjanji akan hidup sebagai wadat. Sebelum Laksamana pergi meninggalkan Dewi Shinta, ia membuat rajah untuk melindungi Dewi Shinta. Ketika Dewi Shinta sendirian, Dasamuka berpikir dapat dengan mudahnya menculik Dewi Shinta, namun ternyata terhalang oleh rajah yang dibuat oleh Laksamana. Dengan akal liciknya, Dasamuka berubah wujud menjadi seorang brahmana tua yang kelaparan dan kehausan. Karena iba, Dewi Shinta terpancing keluar dari rajah tersebut bermaksud untuk memberikan minuman. Pada saat itulah Dewi Shinta berhasil diculik oleh Dasamuka.

Jeritan Dewi Shinta yang sedang dibawa terbang oleh Dasamuka terdengar oleh Burung Jatayu yang kemudian datang menolong Dewi Shinta. Pada saat Burung Jatayu berhasil merebut Dewi Shinta dari tangan Dasamuka, tiba-tiba keluar suara Dewi Shinta yang sangat menyakitkan Burung Jatayu. "Aku tidak mau menjadi istri raksasa, apalagi menjadi istri seekor burung" ucap Dewi Shinta yang berprasangka buruk terhadap Burung Jatayu. Burung Jatayu terguncang dan akhirnya lengah yang menyebabkan sayapnya berhasil ditebas pedang Mentawa. Dasamuka yang berhasil merebut kembali Dewi Shinta segera membawa Dewi Shinta ke kerajaan Alengka.

Dalam perjalanan mencari Dewi Shinta, Sri Rama menemukan cincin yang dijatuhkan oleh Dewi Shinta saat dibawa terbang oleh Dasamuka sebagai petunjuk. Dalam pencariannya, Sri Rama dibantu Hanoman dan Sugriwa yang sebelumnya pernah dibantu oleh Sri Rama dalam merebut tahta di kerajaan Kiskenda dari tangah Subali. Sri Rama juga dibantu oleh Wibisana, adik Dasamuka dengan membuat jembatan menuju Alengka. Akhirnya kerajaan Alengka berhasil ditakhlukkan dengan terbunuhnya Dasamuka yang kemudian tahtanya digantikan oleh Wibisana.

Dewi Shinta Sri Rama awalnya tidak percaya atas kesucian Dewi Shinta yang telah lama diculik dan tinggal di istana musuh. Dewi Shinta yang sangat setia membuktikan kesuciannya tersebut dengan menceburkan diri dalam bara api. Tiba-tiba muncul Dewa Brahma dan Dewi Agni mengangkat tubuh Dewi Shinta dalam keadaan hidup. Dari situ Sri Rama percaya atas kesucian Dewi Shinta, istrinya.

Setelah kembali Sri Rama berhasil membawa kembali Dewi Shinta ke Ayodhya dan naik tahta, terdengar desas desus rakyat yang masih menyangsikan kesucian Dewi Shinta. Hal ini dikarenakan mereka tidak melihat sendiri aksi bakar diri yang dilakukan Dewi Shinta untuk membuktikan kesucian dirinya. Akhrinya Sri Rama mengutus Laksamana untuk mengantarkan Dewi Shinta ke pengasingan.

Sepeninggal Laksamana, datanglah Resi Walmiki yang tak lain adalah guru Sri Rama untuk menjemput dan kemudian menolong dan mengasuh Dewi Shinta, yang saat itu mengandung, seperti anaknya sendiri. Tak lama kemudian, Dewi Shinta melahirkan anak kembar hasil perkawinannya dengan Sri Rama. Kedua anak laki-laki tersebut kemudian diberi nama Lawa dan Kusya. Dalam asrama Resi Walmiki, Lawa dan Kusya diajari nyanyian yang mengagungkan Ramacandra, ayah mereka.

Suatu saat, ketika Sri Rama mengadakan upacara Aswamedha, ia melihat dua pemuda yang menyanyikan lagu indah tentang kisah perjalanannya dahulu. Setelah Sri Rama sadar bahwa kedua pemuda itu adalah anaknya, Sri Rama memerintahkan kedua anaknya itu untuk memboyong ibunya ke kerajaan Ayodhya. Akhir riwayatnya diceritakan , Dewi Shinta mati ditelan bumi saat akan diboyong kembali ke kerajaan Ayodhya.

Semoga ulasan tentang wayang Dewi Shinta di atas dapat menambah wawasan kita semua dalam dunia pewayangan. Kalo bukan kita sendiri, siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan??



Loading...

0 komentar :

Posting Komentar



 
Powered by Blogger