Raden Setyaki

Raden Setyaki adalah putra mahkota kerajaan Lensapura, keturunan dari Prabu Setyajid dan Dewi Wresini atau Dewi Sini. Pada saat Dewi Wresini mengandung Raden Setyaki, Dewi Wresini ngidam ingin bertamasya menaiki macan putih. Setelah macan putih berhasil ditangkap oleh Kresna, Dewi Wresini segera menaikinya.

Ternyata macan putih tersebut penjelmaan Singamulangjaya, patih Kerajaan Swalabumi yang diutus rajanya, yaitu Prabu Satyasa untuk menculik Warsini. Singamulangjaya segera membawa Warsini kabur begitu naik ke punggungnya. Di tengah perjalanan, Singamulangjaya berusaha mengeluarkan bayi dari perut Dewi Wresini dan berniat untuk membunuhnya. Namun setelah bayi tersebut keluar dan hendak dimakan oleh Singamulangjaya ternyata Singamulangjaya gagal membunuhnya. Bayi tersebut dengan cepat tumbuh besar dan berhasil membunuh Singamulangjaya. Kemudian Dewi Wresini memberinya nama Raden Setyaki.

Raden Setyaki mempunyai kakak perempuan yang bernama Satyabotama yang akhirnya menjadi istri Prabu Kresna, raja Dwarawati yang merupakan titisan Batara Wisnu. Prabu Kresna memperistri Satyabotama setelah berhasil memenangkan sayembara dengan mengalahkan Raden Setyaki.

Meskipun Raden Setyaki merupakan putra mahkota yang kelak akan menggantikan kedudukan Prabu Setyajid di kerajaan Lensapura, Raden Setyaki memilih meninggalkan Lensapura dan ikut bersama Prabu Kresna di Dwarawati. 

Semasa hidup, Raden Setyaki mempunyai beberapa nama / julukan :
  1. Wresniwara. Nama ini diperoleh karena Raden Setyaki merupakan keturunan dari Dewi Wresini.
  2. Singamulangjaya. Nama ini diperoleh setelah pada saat kecil berhasil mengalahkan Singamulangjaya yang arwahnya kemudian bersemayam pada tubuhnya.
  3. Bima Kunting yang berarti Sang Bima (Bratasena) kerdil. Nama ini diperoleh karena dengan kesaktiannya berhasil mengangkat Gada Rujak Pala milik Bima / Bratasena.
Karena ketekunannya dalam pertapaan, Setyaki mendapatkan senjata pusaka pemberian Dewa berupa Gada Wesi Kuning dan Panah Nagabanda. Setyaki adalah kesatria yang sifat jujur, tegas, pemberani, menjunjung tinggi sikap perwira dan selalu berpihak kepada kebenaran kemudian diangkat menjadi panglima perang negara Dwarawati. Selain itu, Setyaki juga memiliki watak nekat, cerdas, dan setia, terutama pada pasangan hidupnya.

Setyaki mempunyai putra bernama Raden Arya Sanga-Sanga dari perkawinannya dengan Dewi Garbarini, putri Prabu Garbanata dari negara Garbaruci. Kelak Raden Arya Sanga-Sanga akan menjadi patih negara Astina pada jaman pemerintahan Prabu Parikesit.

Setyaki berhasil mengalahkan Burisrawa, musuhnya sejak remaja, setelah permohonannya untuk menjadi senopati dalam perang Baratayuda dikabulkan oleh Prabu Kresna. Namun sejatinya perang tanding antara itu dimenangkan oleh Burisrawa. Pada saat Setyaki sudah tak berdaya dan pedang Burisrawa sudah siap memenggal lehernya, ada campur tangan dari Prabu Kresna yang membuat panah Arjuna memutus lengan Burisrawa. Dendamnya kepada Burisrawa membuatnya mengabaikan sifat - sifat positif yang selama ini dihidupinya dengan membunuh Burisrawa pada saat Burisrawa tak berdaya.

Setyaki mati pada perang Gada sesama keluarga Yadawa tak lama setelah perang Baratayuda selesai. Ini merupakan sumpah Begawan Narada, Wiswamitra, dan Kanwa.

Bentuk wayang dari Raden Setyaki bermata kedondongan, mulut dan hidung semada, berkumis. Berkadal-menek, berjamang dengan garuda membelakang. Bergelang, berpontoh, dan berkeroncong. Berkalung bulan sabit. Kain kerajaan lengkap. Raden Setyaki berwanda 1 Mimis, 2 Wisuna, dan 3 Kakik.

wayang-setyaki-solo
wayang-setyaki-yogyakarta
wayang-setyaki

Semoga ulasan tentang wayang Raden Setyaki di atas dapat menambah wawasan kita semua dalam dunia pewayangan. Kalo bukan kita sendiri, siapa lagi yang akan melestarikan kebudayaan??

Sumber : cantolan [dot] com



Loading...

0 komentar :

Posting Komentar



 
Powered by Blogger