Pilih Pak Nananina Karena...???

Suasana makin panas aja nih mendekati pilpres tahun ini. Dari debat capres dan cawapres hingga debat antara pendukungnya. Ada yang pilih pak itu karna pak ini jelek. Ada yang pilih pak ini karna pak ini baik dan pak itu jelek. Ada yang bilang lihat tu orang² yang dibelakannya, masih mau pilih dia? Sampai ada yang bilang "orang cerdas pilih pak ini" atau "hanya orang bodoh yang pilih pak itu".

Buat aku yang paling menarik adalah pada saat membaca "Orang cerdas pilih pak ini, TITIK"

Udah pasti artinya "Hanya orang bodoh yang pilih pak itu". Karna gak ada penjelasan dari kefanatikannya itu yang sering kali bikin bingung. Yang boleh pilih pak ini harus orang cerdas (harus cerdas dulu) atau kalo pengen dibilang cerdas harus pilih pak ini? Lalu muncul pertanyaan "kok bisa?".

Kebanyakan pendukung yang pake kalimat tebal di atas gak bisa menjawabnya secara utuh. Ya, karna mereka fanatik. Hanya mau melihat kebaikan pak ini dan keburukan pak itu aja. Gak mau melihat keburukan pak ini dan kebaikan pak itu. Akhirnya hanya membandingkan kebaikan pak ini dengan keburukan pak itu. Jelas pak itu kalah telak. Gimana kalo dibalik, udah pasti pak itu yang menang telak kan.

Kebaikan pak ini VS kebaikan pak itu (= keburukan pak ini VS keburukan pak itu). Bandingkan yang dianggap bisa dibandingkan. Jangan membandingkan yang gak bisa dibandingkan.

Contoh perbandingan yang menurutku terlalu njomplang adalah ketika mengatakan Jokowi yang berprestasi di bidang pemerintahan dan Prabowo tidak. Gimana kalo dibalik, Prabowo berperstasi dibidang militer dan Jokowi tidak. Mungkin perbandingannya akan lebih adil ketika Jokowi dan Prabowo sama² ditempatkan sebagai orang yang pernah memimpin orang (rakyat / bawahan). Apa yang dihasilkan dari kepemimpinannya tersebut? Sumber dari media sudah banyak bertebaran tinggal dipilih dan disaring. Akan lebih afdol kalo tanya langsung kepada orang² yang dipimpinnya. Penghargaan bisa datang dari siapa saja yang melihat secara langsung dan tak langsung. Toh yang diperdebatkan ini belom jadi presiden kan? Sampai di sini pasti aku akan divonis sebagai pendukung Prabowo, dan pendukung Jokowi (terutama yang fanatik) bisa jadi langsung menutup halaman ini. Ya monggo saja sih mau pake cara yang mana gak masalah, yang penting bisa menerima pendapat orang laen.

Contoh perbandingan yang menurutku terlalu njomplang adalah Prabowo lebih tau masalah tank dari Jokowi. Ya iyalah, latar belakangnya aja dah beda. Mungkin perbandingannya akan lebih adil jika yang ditanyakan adalah bagaimana kondisi keamanan daerah yang dipimpin Jokowi dan Prabowo, ya minimal grafik peningkatan / penurunannya, pada saat kepemimpinannya. Semoga contoh ini membuat kedudukan adil.

Sikap tegas dan bertanggung jawab sering kali dipertanyakan. Melalui media kita sudah bisa melihat dan mungkin sudah bisa membandingkan mana yang tegas dan mana yang bertanggung jawab. Jangan lupa untuk membandingkan berdasarkan dengan ucapan, tindakan, dan dalam keadaan yang sama. Dalam hal ini sulit rasanya untuk memberikan contoh, karna akan terkesan aku ngajak milih pak ini atau pak itu. 

Cara berkampanye juga bisa dijadikan refferensi dalam menilai seorang capres. Tak perlu melihat pendukungnya dulu, karna aku yakin pasti oknum² yang membuat pendukung masing² capres terlihat buruk. Mungkin kita bisa melihat dari bagaimana mereka mempresentasikan visi dan misi mereka. Pelajarilah visi misi tersebut. Seberapa besar visi misi tersebut bisa berhasil dengan melihat siapa nanti yang akan membantu capres tersebut.

Bicara tentang siapa yang nanti akan membantu jika terpilih jadi presiden, bisa juga dengan melihat orang² yang sekarang terlihat berdiri dibelakang capres. Meski mereka tidak mutlak, tapi kemungkinan besarnya seperti itu. Nah dari sini perlu juga dicari tau latar belakang orang² yang berdiri di belakang capres. Jika memang ada indikasi keburukan pada orang² tersebut, kita kembalikan ke sikap tegas capres. Apakah saat terpilih menjadi Presiden nanti bisa mengendalikan perilaku "buruk" orang² yang di belakangnya atau enggak.

Di Jawa ada penilaian dengan bibit bebet bobot. Lalu bandingkan. Tapi ingat, bandingkan yang baik dengan yang baik dan yang buruk dengan yang buruk.
Cari tau asal usul, sampe nenek moyangnya kalo memang selow. Karna buah jatuh gak jauh dari pohonnya. 
Cari tau seberapa besar keluarga dan lingkungannya, bukan hanya pada SARA tapi juga pada tingkah laku dan pemikirannya, karna semakin dekat akan semakin mudah terpengaruh dengan keadaan sekitarnya. 
Cari tau kemampuannya. Kemampuan apa saja yang dibutuhkan untuk seorang presiden / pemimpin, ya itulah yang wajib dicari.

Tanggapi isu dengan mencari pembuktian. Karna dalam persaingan pasti akan ada isu negatif yang mengarah ke fitnah dan ada isu positif yang mengarah ke fakta, atau sebaliknya. Isu karna sebelomnya banyak orang yang belom tau tapi mendadak muncul ke permukaan. Contohnya seperti benarkah Prabowo melakukan penculikan, atau Jokowi bonekanya Megawati? Harus kita cari tau, jangan cuma baca judul. Pasti ada pembelaan dan pembuktian dari masing² capres.

Ikuti saja alirannya. Tangkap pertanyaan² orang² tentang apa yang bisa dibandingkan, lalu bandingkan. Jangan lupa, bandingkan dengan kepala dingin, jangan membabi buta. Karna yang membabi buta itulah yang mudah diadu domba. Ingatlah bahwa harapan semua rakyat adalah sama, Indonesia Makmur dan Berdaulat. Pada akhirnya kita juga harus menjadi pengamat dan mengawal kepemimpinan presiden yang terpilih.


Sering kali manusia lupa bahwa yang menentukan tetap saja Tuhan. Lupa bahwa manusia selalu meminta apa yang diinginkan dan Tuhan selalu memberi apa yang dibutuhkan, Jadi yang tak kalah penting adalah kita harus mempersiapkan diri agar ketika pilihan kita menjadi presiden kita bisa mengendalikan kesombongan dan mengendalikan kekecewaan (lapang dada) saat pilihan kita kalah dalam pilpres.

Mari kita bersama² saling menghargai pendapat dan pilihan orang lain untuk menuju Indonesia Yang Bersatu, Berdaulat, Adil dan Makmur. Bersama rapatkan barisan menuju Indonesia yang lebih baik.



Loading...

1 komentar :

Anonim mengatakan... Balas Komentar

Artikel yang smart... Sayang aku bacanya setelah pilpres. Harusnya aku bisa share ini ke para pemilih pemula murid2ku..

Posting Komentar



 
Powered by Blogger